Mesin Pencari

Rabu, 21 Juli 2010

NYENTANA


Istilah ini hanya ada di Bali, jadi untuk beberapa kalangan istilah "Nyentana" adalah istilah yang asing di telinga mereka.
Sekedar buat nambah pengetahuan, nyentana adalah suatu istilah yang diberikan kepada sepasang suami istri dimana si suami dipinang (diminta) oleh keluarga si istri. Lazimnya dalam adat di Bali, keluarga si suami lah yang harus meminang si istri, karena di Bali masih menganut sistem patrilinier atau kebapakan.
Lalu mengapa bisa justru keluarga mempelai wanita yang meminang si pria, hal ini dikarenakan keluarga dari pihak perempuan tidak memiliki keturunan laki-laki, jadi mereka harus meminang suami. Begitulah kira-kira secara ringkas mengenai nyentana.
Nah, disini yang menjadi permasalahan tidak semua keluarga atau orang tua yang mau anak lelakinya keluar (dipinang oleh keluarga perempuan).

Ada beragam alasan yang mereka utarakan, antara lain:
  • Khawatir dikutuk oleh leluhur mereka
  • Tidak ada adat di lingkungan mereka yang menganut atau mengambil jalan nyentana
  • Gengsi sebagai seorang lelaki dipinang ke keluarga perempuan
  • Malu sama masyarakat sekitar jika seorang lelaki dipinang seolah-olah tidak ada perempuan lain yang diajak nikah
Begitulah alasan-alasan yang sering terucap jika mereka tahu anak lelaki mereka bakal memilih nyentana. Lalu bagaimana jika sebuah keluarga tidak memiliki anak lelaki, seluruh anak mereka perempuan, apa mereka tega meninggalkan orang tua mereka untuk ikut keluarga suami mereka. Lalu siapa yang bakal meneruskan keturunan mereka, jika mereka ditinggal oleh semua anak mereka. Hal ini lah yang menjadi polemik di kalangan adat masyarakat Bali.
Ada yang menyebutkan pria yang mau nyentana adalah banci, pengecut, dan sebagainya. Ada pula yang menyebut mereka pahlawan, karena mereka mau membuang status "purusa" (status bagi lelaki jika sudah menikah) dan mengenakan status "pradana" (status bagi perempuan yang sudah menikah).

Kejadian inilah yang sekarang menimpaku,

Pacarku tidak memiliki saudara pria. Dia bersaudara 3, dan ke tiganya perempuan. Dahulu nyentana sangat dikecam dan dipermasalahkan oleh masyarakat. Kini seiring perkembangan jaman, jumlah laki-laki yang terlahir tidak sebanding dengan jumlah kelahiran perempuan. Alhasil, banyak keluarga yang kini mengharapkan meneruskan keturunan mereka melalui jalan nyentana.
Bagi mereka yang tidak memiliki anak laki-laki, mereka bisa memaklumi jalan yang akan aku tempuh, sebaliknya mereka yang memiliki anak lelaki hanya bisa mengecam dan tidak henti-hentinya memperguncingkan ku.
Perih rasanya menjalani keadaan seperti ini, ingin rasanya mengatakan ke mereka "Apabila kamu tidak punya keturuan laki-laki apa yang akan kamu lakukan? Apa hanya diam saja?!?"

Aku yakin suatu saat nanti adat nyentana ini akan lumrah, dan setiap orang akan mau menjalaninya tanpa beban. Blog ini aku buat bagi mereka-mereka yang masih ngotot mengecam nyentana. Jangan terlalu membanggakan dirimu yang sekarang, apa kamu yakin nanti anak cucumu bakal memiliki keturunan laki-laki??
Bagiku di mata Tuhan, kita ini sama. Tidak ada perbedaan antara laki-laki maupun wanita. Hasil perbuatan mereka lah yang nantinya membedakan mereka di mata Tuhan. Semoga Tuhan membuka mata umatnya lebar-lebar

"ASTUNGKARA"

17 komentar:

  1. kamu setuju dengan nyentana...???

    BalasHapus
  2. semua orang bakal mati,,,,dan menghadap yang Kuasa. jadi nyentana ato bukan bagi aku sama saja. tergantung bagaimana kita menjalaninya

    BalasHapus
  3. Sbagian besar pandangan saya ttg nyentana sdh tersirat dlm tulisan ini. Sebagian besar pandangan yg ada ttg nyentana saat ini mengarah pada sinisme buta. Bagi anda pembaca yg saat ini masih sinis tehadap budaya nyentana, tidak ada paksaan bagi anda utk memahami dan menerima hal2 baik ttg nyentana. Karena satu hal, anda tidak akan benar2 bisa paham dan mengerti "kondisi" yang melatarbelakangi nyentana jika anda tidak "terlibat" sendiri pada kondisi tersebut.
    Saran saya, klo anda ingin bnar2 mengerti, cobalah anda jatuh cinta pada wanita bali yang tidak memiliki saudara pria. Dan nikmatilah waktu demi waktu anda memahami budaya nyentana itu. *putuarman*

    BalasHapus
  4. Suami tiang orang asing yang lahir beragama islam, menikah dengan tiang dan mengikuti agama hindu dan nyentana. Jika ada laki2 asing yang tadinya beragama lain yang cukup kuat mau nyentana, mengapa pria Bali tidak mau? Nyentana bukanlah hal yang memalukan, tetapi suatu jalan keluar dari situasi tertentu. Adat "Nyentana harus dilestarikan", bagaimana jika para pemuda Bali semua malu untuk nyentana? Akan hancurlah komunitas kita karena tidak ada jalan keluar

    BalasHapus
  5. Jika orang asing saja rela meninggalkan agama islam dan memilih "Nyentana", mengapa para pria Bali harus mempermasalahkan adat istiadat tsb? Bukankah nyentana adalah salah satu adat istiadat? Mengapa harus membuang adat tersebut hanya karena malu dan gengsi yang tidak pada tempatnya?

    BalasHapus
  6. saya setuju.. saya dr pihak perempuan tidak memiliki sodara laki2.. pacar sy skarang saudara lakinya banyak dan sy masi berharap dy dan kluarganya bisa menerima,kami dr satu kasta yg sama.. mulia bgd kalo ada cowok yg bisa berpikir terbuka ttg hal ini tnpa perlu gengsi.. kalo sudah cinta, apa harus malu? semua manusia sama ajha kan.. yg pnting tulus :) semua pasti bahagia..

    BalasHapus
  7. Tiang coba berbagi kometar boleh ya? NYENTANA bagi umat hindu mengenal PURUSHA N PRADANA (laki perempuan)husus di bali timur(kebetulan tiang dri SINGHARSHAPURA Kr'asem)jarang ada yg mau nyentana, meskipun mereka tidak punya apa2 dirumahnya!alasanya : 1.seandainya mereka meninggal kelak mau dilinggihkan dimna? 2.banyak kejadian klo kita nyentana itu, kita tidak punya kekuatan hukum baik adat/perdata.Seperti tiang punya tetangga dri Padangtunggal Kr'asem,dia nyentana keTabanan.Dia itu tak bedanya seperti SAPI(disuruh kerja/dia sebagai satpam datang dri kerja,pekerjaan dirumah udah nunggu bikin kerajang demi menanggung istri,anak2nya dan keluarga ditabanan).Yg lebih parah lgi istrinya punya PIL dan anak2 smua tau ibunya punya PIL tpi suaminya ndak bisa berbuat apa..!Pernah dia tanya dlu ama istrinya,knapa kmu selingkuh....eeee..ee..jawaban istrinya..EMANG KMU NDAK SUKA LIAT AKU BEGITU??KLO NDAK SUKA, SILAHKAN KMU PULANG CRI RUMAHMU DI KARANGASEM YG NDAK PUNYA APA2 DAN JANGAN SEKALI KALI BERANI BAWA ANAK2,DAN JANGAN BAWA APA2,BAWA PAKAIAN YG NEMPEL DI BADANMU SAJA!! NAH LHO LANGSUNG SKAK-STER...dan udah sering ngaturang guru piduka dirumahnya di Kr'asem,karna sering sakit! Jadi kalo mau NYENTANA sah2 aja/boleh2 aja,cuma kita sebagai umat HINDU ada faktor SEKALA NISKALA,PURUSHA PRADANA DAN UPACARA/UPAKARA yg harus dilalui...biar kita selamat lahir dan batin,rukun..YA NGGAKKK...???!!

    BalasHapus
  8. Aku hampir nyentana..., untuk saja leluhur memberikan jalan terbaik. Akhirnya aku kuliah lagi di jakarta

    BalasHapus
  9. tulisan ini menarik untuk saya, kebetulan saya suami saya nyentana atau bisa diperjelas saya mempersunting dia untuk tinggal di rumah saya karena saya tidak memiliki saudara kandung (anak tunggal). jujur kami sekeluarga berjalan sangat harmonis, kami berusaha bekerjasama dalam berbagai hal terutama saling menghargai satu sama lain, karena saya merasa sama" buntu apabila berpisah (dia tdk bisa kembali ke rumah dan saya tdk bisa mencari sentana dengan mudah). tapi saya sangat menyayangkan pemahaman masyarakat tentang nyentana, terlebih comment yang telah saya baca. saya menerapkan sistem nyentana dan hingga saat ini tidak ada masalah, suami saya tetap menjadi kepala keluarga, dia tetap ngayah banjar sebagai kepala keluarga, diperlakukan sebagai keluarga bahkan kami saling mengisi satu sama lain (mgkn karna kami sama" tau tentang kesetaraan gender). bedanya cuma saya yang meminang dia untuk jd suami sekaligus anak laki-laki ayah saya. sisanya tetap sama. menjadi sentana bukan berarti diperlakukan dia sebagai pihak perempuan yg harus di nomor 2 kan, tidak dihargai, dianggap lemah dan banci. mslah pertengkaran yang sedikit" membentak "pulang saja ke rumahmu" itu kembali lagi ke diri masing", pantaskah demikian dalam ranah berumah tangga (sudah dewasa). pernikahan tidak hanya maslah warisan keturunan dll, tp juga bagaimana 2 insan hidup bersama saling jaga saling rasa dan mampu berjuang untuk masa depan keluarga. nyentana bukanlah kiamat bagi pelakunya, malahan hal itu merupakan amal pahala kita yang sudah mau membantu keluarga yang terncam puntung. seharusnya keluarga pihak perempuan sangat menghargai dan menyayangi seorang laki-laki yang dgn iklas membantu masa depan keluarga tersebut. semangat terus buat bli martana, tulisan seperti anda harusnya diperbanyak lagi untuk menambah wawasan masyarakat bali yang masih saja mengkotak"kan gender. salam kenal dari saya

    BalasHapus
  10. saya juga nyentana ( adat Bali )semenjak tamat sma saya bekerja diJakarta dan sekarang istri dan anak-anak tinggal dijakarta, istri tidak bekerja hanya mengurus anak -anak dan rumah tangga, kebetulan juga istri dari keluarga tidak mampu dan tdk ada warisan dari orang tuanya ( wong tdk punya apa-apa ) orang tua saya juga tidak punya waris, jadi kalo saya pulang kebali saya merawat orang tua dan mertua sama saja tidak ada pilih kasih ( dan sekarang saya mengurus panti jompo di rumpin bogor ) kami perlakukan orang tua dengan manusiawi walaupun bukan orang tua kandung saya )intinya mau dibilang nyentana atau ada istilah lain saya akan dobrak ( adat ) tapi kalau agama kami akan nurut. suksme

    BalasHapus
  11. Saya saat ini menghadapi pilihan nyentana atau tidak. Saya menemukan wanita yang pas df saya dan tidak punya saudara laki. Saya masih khawatir kluarga saya belum setuju kalau saya memilih nyentana. Haruskah saya melawan keinginan keluarga? Di satu sisi mungkin saya pahlawan, tapi disisi lain saya durhaka.bingunggg

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya di posisi yang samaa.. sayaa tapii syaa berfikir positif.. keinginan ortu ada yang harus di ikuti ada yang haruss tidak di ikutii . kaloo masalahh jodoh. rezekii . kita yang menentukan. ortu hanyaa mendukung mendoakan ..

      kaloo sebaliknyaa ortu tidak merestui.. artinyaa ortu sudahh berbuat dosa kpda anak. kenapa anak ingin bahagia dengan pasangan di larang2 bukannya tuhann tidak menyukai hal spt itu..

      Hapus
  12. Tulisan yang menarik, sy bukan orang bali, tapi di jaman modern ini sudah tidak ada istlah nyentana, di jawa sini ada ada wanita bali bergelar Ida Ayu jadi pejabat penting Pemda sementara suaminya ndak jadi apa apa

    BalasHapus
  13. Pendapat orang berbeda beda, sekarang tergantung niat orangnya masing masing, saling memerlukan itu pasti ada, memang kita hidup di dunia modern tp adat tidk boleh ditinggalkan, kalo ada yang bersaudara laki laki banyak knp gak nyentana? Dripada berebut tempat dengan saudara yg lainnya,lebih baik nyentana

    BalasHapus
  14. Swastyastu, tiang Ayu dari Ubud. Tiang hendak bertanya, beberapa hari terakhir tyg dihadapkan dengan masalah besar. Tunangan tyg dari Singaraja. Sementara tyg adalah anak perempuan satu2nya dirumah yg harus nyentana. Sebagai tunangan, dia sudah iya dengan keputusan ini. Sekarang adalah bapak dan Kakaknya yg angkat tangan dan cenderung tidak menyetujui dengan alasan sanggah dadia mereka masih mebrata sampai hari yg belum bisa ditentukan. Tyg merasa pernikahan tyg selalu diundur dan ditentang. Kami berdua sepakat melanjutkan hubungan ini karena kami tidak mau pisah hanya gara2 hal kegengsian. Semua hukum setuju adanya nyentana, dan tujuan kami baik yaitu meneruskan keturunan, lalu kenapa kami ditentang? Mohon petunjuk siapapun yg bisa menolong tyg? Bila perlu tyg ingin menghubungi PHDI kab buleleng sebagai pihak netral. Kami saling mencintai dan tulus tidak ada paksaan, mohon bantuannya. Kalau ada yg bisa bantu, tyg ada ni nomer 081910193623. Suksma warga bali.

    BalasHapus
  15. Intinya saudara saudara. .Besok klo kita mati.. Yg dibawa adl amal dan perbuatan kita . . Karma dan dharma kita . itu yg bakal jadi bahan pertimbangan dr shang hidup ..karma kita yg membuat kelak reinkarnasi menjadi baik atau buruk.

    BalasHapus